Selasa, 04 Juni 2013

TATA CARA PELAKSANAAN HAJI TAMATTU

oleh mutawalli
I. UMROH
1. Ihram Umroh
Sebelum Tanggal 8 Dzulhijjah ketika berencana untuk langsung menuju Mekah dan sampai di miqot yang kita lewati mulailah ihram umroh.
Ihram Umroh adalah niat untuk melaksanakan ibadah umroh, yang diikrarkan dengan talbiyah ihram umroh di Miqot yang dilewati, namun sebelum melakukannya disunahkan melakukan beberapa persiapan[1], diantaranya: mandi ketika akan memulai ihram[2], kemudian bagi laki-laki berihram dengan mengenakan dua lembar kain ihram yang berwarna putih dan tidak berjahit. Bagi perempuan berpakaian yang menutup aurat, disunnahkan berwarna putih[3], kemudian memakai minyak wangi. Setelah itu Sholatlah dua rakaat. Ketika sudah berada diatas kendaraan dan menghadap kiblat mulai berniat untuk umroh dengan mengumandangkan Talbiyah ihram umroh haji tamattu:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ عُمْرَةً مُتَمَتِّعاً بِهَا إِلىَ الحَجِّ
Labbaik Allahuma Umrotan mutamatti’an biha ilal hajji
(Aku memenuhi panggilan-Mu Ya Allah dengan Umroh yang bersenang-senang dengannya sampai haji).
 Kemudian dilanjutkan dengan talbiah:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ،        إِنَّ الحَمْدَ، وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالمُلْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ.
Labaik Allahuma Labbaik , Labaika laa syarikalaka labaik, innal hamda wanni’mata laka wal mulk la syarikalak[4] (Aku memenuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu).
Setelah mengucapkan talbiah ihram umroh itu artinya kita telah memasuki pelaksanaan ibadah umroh, mulailah meninggalkan larang-larangan umroh[5].  perbanyak membaca talbiah, baca al-quran, dzikir, atau do’a apa saja yang kita kehendaki sepanjang perjalanan.
Sesampainya dikota Mekah, ketika akan melanjutkan rangkaian umroh berikutnya yaitu thawaf hendaklah berwudu telebih dahulu, karena thawaf harus dalam keadaan suci. 
Masuk masjid haram dengan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu, dan membaca ;
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَحِيْمِ
Kemudian membaca do’a masuk masjid :
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَ افْتَحْلِى أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
Allahuma sholli ‘ala Muhammadin, Allahummaftahli abwaaba Rohmatik”
 (Ya Allah, Curahkanlah shalawat kepada Muhammad, Ya Allah bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu)[6].
Begitu melihat Ka’bah mengangkat kedua tangan lalu berdo’a dengan do’a-do’a yang mudah atau membaca do’a yang pernah dibaca oleh  Umar bin Khotob:
اللَّهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ
“ Allahuma Antassalaam, waminka salaam, fahayyinaa Robbanaa bissalaam” Ya Allah, Engkau adalah Penyelamat Hamba-hambamu, dari Engkau pula keselamatan diharapkan, maka kekalkanlah kami ya Allah dalam keselamatan[7].
2. Thawaf
Thawaf Artinya keliling. Maksudnya mengelilingi Ka’bah dengan perasaan cinta dan ta’at kepada Allah.
Ketentuan thawaf:
a.         Suci dari hadats besar dan hadats kecil (Berwudu);
b.         Menutup aurat;
c.          Thawaf dilakukan dengan tujuh putaran yang sempurna;
d.         Memulai thawaf dari hajar aswad dan mengakhiri thawaf dihajar aswad pula, dengan menjadikan baitullah/ka’bah sebelah kiri;
e.         Thawaf dilakukan diluar Baitullah, jika thawaf masuk hijir Ismail maka thawafnya tidak sah;
f.          Thawaf dilakukan secara berurutan[8].
Sebelum memulai thawaf, pakaian ihram untuk laki-laki disesuaikan dahulu menjadi idthiba[9]. Caranya lepaskan bagian atas pakaian ihram pundak kanan  dan meletakannya pada bahu kiri, bahu kanan dibiarkan terbuka, inilah yang dikenal dengan nama idthiba.
Kemudian niat thawaf dengan cara: berdiri didepan Ka’bah menghadap Hajar Aswad hingga Hajar Aswad berada dihadapan kita, dan segaris lurus dengan lampu warna hijau yang berada diatas dinding dibelakang kita, berniatlah dalam hati: “ya Allah, Aku melaksanakan  Thawaf karena Engkau, mudahkanlah bagiku dan terimalah thawafku”.  Ciumlah hajar aswad, jika sulit, cukup mengarahkan telapak tangan mengucapkanاَللهُأَكْبَرُ ”Allahuakbar” )Allah maha besar([10], Kemudian ciumlah telapak tangan, maka mulailah thawaf pertama, bagi laki-laki disunnahkan berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama mulai dari hajar aswad sampai rukun Yamani  dan berjalan biasa dari Rukun Yamani sampai Hajar Aswad[11] .
Dalam thawaf mulai dari Hajar Aswad sampai rukun yamani tidak ada do’a atau dzikir khusus, oleh karena itu boleh thawaf sambil membaca al-qur’an semisal surat-surat pendek yang kita hafal, membaca do’a atau dzikir apa saja yang kita bisa[12].
Contoh bacaan atau dzikir yang bisa digunakan  ketika thawaf:
1.    Bacaan al-quran yang kita hafal;
2.    Dzikir: tasbih, tahmid, tahlil, takbir;
سُبْحَانَ اللهِ ، الحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، اللهُ أَكْبَرُ.
 ”Subhaanallah, alhamdulillah, La ilahaillah,  Allahu Akbar ”
3.      (اَللهُ أَكْبَرُ)Allahu Akbar”
4.     سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ العَظِيْمِ
     ”Subhanallah wabihamdihi subhanallahil Azim”.[13]
Begitu menemui rukun Yamani, usaplah dengan tangan tapi tidak dicium[14], mulai dari Rukun Yamani ini sampai hajar aswad berdo’a :
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَارِ
”Robbana aatina fiddunya hasanah wafil aakhiroti hasanah wa qina adzaaban-naar” [15]
Ya Allah berikanlah kepada kami kebaikan dunia dan akherat, dan lindungilah kami dari api neraka.
Bacaan ini disunnahkan diulang-ulang sampai tiba di hajar aswad. Sampai di Hajar Aswad berarti selesai putaran pertama.
Memulai putaran kedua, dengan melakukan mencium Hajar Aswad sambil bertakbir atau mengisyaratkan dengan tangan lalu menciumnya, sempurnakan thawaf seperti thawaf pertama hingga tujuh putaran. Setelah selesai putaran yang ketujuh disunnahkan mencium hajar aswad atau dengan isyarat tangan lalu menciumnya dan menyucapkan ”Allahu akbar” dengan demikian thawaf selesai. Posisi idzthaba bagi laki-laki tutup kembali bahu kanan.
Kemudian berdo’a dan memohon kepada Allah akan hajat kita di multazam (antara hajar aswad dengan pintu ka’bah) ini tempat yang mustajab untuk berdo’a memohon kepada Allah, jika sulit mendekati multazam, cukup hadapkan wajah kearahnya dan berdo’a[16].
Setelah selesai berdo’a di multazam lalu menuju maqom Ibrahim (bekas telapak kaki Nabi Ibrahim) sambil membaca:
 وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَقَامِ اِبْرَاهِيْمَ مُصَلًّى (البقرة: 125 )
“Jadikanlah sebagian maqom Ibrahim tempat Sholat”
Kemudian sholat dua rakaat dibelakang maqom Ibrahim[17], pada raka’at pertama setelah membaca Al-Fatihah membaca surat Al-Kafirun; ..قُلْ يَأَيُّهَا الكَافِرُوْنَ  dan pada raka’at kedua setelah membaca Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlash; قُلْ هُوَ اللهُ .. kemudian setelah selesai sholat minumlah Air zam-zam dengan membaca do’a dan memohon kepada Allah akan hajat kita dan menuangkannya keatas kepala. Rosulullah bersabda yang artinya ”Air zam-zam akan bermanfa’at sesuai dengan apa yang diniati ketika minum”[18].
Setelah minum air zam-zam kembali ke hajar aswad, lalu mengusapnya dan menciumnya, jika tidak memungkinkan maka cukup memberi isyarat dengan tangan kanan sambil bertakbir, dan menciumnya.
3. Sa’i
Sa’i artinya berjalan, maksudnya berjalan antara bukit Shafa dan Marwa. Sekarang wujud  bukit itu sudah tidak tampak lagi, oleh karena itu berjalannya dilakukan dalam lorong bangunan.
Ketentuan sa’i :
1.      Setelah thawaf
2.    Boleh dilakukan dalam keadaan tidak berwudu/tidak suci.
3.      7 kali perjalanan
4.      wajib memulai dari shofa dan berakhir di Marwa
Awalnya, berjalanlah menuju bukit shofa setelah minum air zam-zam. Ketika mendekati bukit Shafa membaca: 
، أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ[19]إِنَّ الصَّفَا وَالمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ
”Sesungguhnya Shafa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar-syiar Allah, aku memulai dengan apa yang dimulai oleh Allah” 
Begitu sampai bukit Shafa menghadaplah ke ka’bah, kemudian  mengucapkan اَللهُ أَكْبَرُAllahuakbar” 3 kali serta:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.  لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، أَنْجَزَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ.
Bacaan ini diulangi tiga kali dan berdo’a diantara pengulangan-pengulangannya, berdo’a kepada Allah apa saja yang dikehendaki.
Kemudian setelah itu mulai berjalan menuju Marwah, tidak ada bacaan/dzikir yang dikhususkan ketika sa’i, oleh karena itu boleh kita berdzikir dan berdo’a yang kita bisa dan kehendaki, membaca al-Qur’an seperti surat-surat pendek yang kita fapal[20]. Sunnah berlari-lari kecil diantara 2 lampu hijau, untuk wanita boleh berjalan, dan dianjurkan membaca do’a yang pernah dibaca oleh Abdullah bin Mas’ud :
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ إِنَّكَ أَنْتَ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ
Robbigfir warham innaka antal a’azul akram
”Ya Allah ampunilah, sayangilah, sesungguhnya Engkau Maha Mulia dan Maha Pemurah”.
Sesampainya di puncak Marwa, menghadaplah ke Ka’bah dan bacalah bacaan seperti yang diShafa. Lalu kembali lagi ke Shafa untuk mulai putaran kedua, begitu seterusnya hingga 7 perjalan.
I.         Tahallul
Setelah selesai melakukan sa’i dan berada di Marwa lakukanlah tahallul.
Tahallul disini maksudnya mencukur rambut. Untuk laki-laki, afdalnya bercukur sempurna. Boleh memotong rambut sepanjang sepertiga jari bagian atas atau kurang dari itu. Untuk perempuan hanya boleh memotong sebagian rambut, dengan mengumpulkan rambutnya kemudian memotongnya sepanjang satu ruas jari.
Setelah rangkaian umroh dilaksanakan jama’ah boleh memakai pakaian biasa dan bebas melakukan yang dilarang ketika ihram umroh. Dengan demikian selesailah umroh.
Manfaatkan dan isilah saat-saat penantian datangnya hari tarwiyah tgl 8 Dzulhijjah dengan memperbanyak ibadah shalat lima waktu di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi.

II. HAJI
1.       IHRAM & MABIT DI MINA
Waktu
Rincian Kegiatan
Tanggal 8
Dzulhijjah
1.   Seteleh matahari terbit tgl 8 Dzulhijjah  bersiap-siap untuk melaksanakan rangkaian ibadah haji, dimulai dengan Ihram haji dari tempat penginapan, yang diawali dengan mandi sunnah ihram, memakai wangi-wangian, memakai pakaian ihram, kemudian membaca niat ihram haji
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ حَجًّا.
Labaika Allahuma hajjan” Aku memenuhi pangulan-Mu Ya Allah dengan berhaji.
Setelah mengucapkan niat ihram haji dilanjutkan  dengan memperbanyak talbiah, dzikir dan menjaga larangan-larangan ihram.
2.   Selanjutnya jama’ah bergerak menuju Mina untuk mabit (bermalam) di Mina sampai terbit fajar atau sampai lewat tengah malam sedikit, sekitar jam: 00.30 waktu setempat. Bermalam diMina ini adalah Sunnah sebagaimana yang pernah dilakukan Rosulallah Saw.
3.   Bagi jama’ah reguler biasanya mereka bergerak dari penginapan langsung menuju Arafah, mereka tidak bermalam di Mina, bermalamnya di Arafah.
4.Amalan yang dikerjakan selama di Mina yaitu terus memperbanyak talbiah dan  dzikir. Sholat Lima Waktu dikerjakan pada waktunya masing-masing dengan cara di qashar tidak dijama. Tidak mengerjakan sholat sunnah lainnya, kecuali shalat witir ketika menjelang akan tidur atau waktu shubuh dan sholat sunnah qobliyah shubuh. Karena dua sholat ini senantiasa dikerjakan oleh Rosulullah Saw. Meskipun dalam keadaan bepergian.    
2. WUKUF
Waktu
Rincian Kegiatan
Tgl 9
Djulhijjah


1.   Setelah lewat tengah malam atau terbit fajar tgl 9 Dzulhijjah jama’ah bergerak menuju Arafah.
2.   Wukuf di Arafah dimulai dari tergelincirnya matahari (dzuhur ) tgl. 9 Dzulhijjah sampai terbenam matahari (maghrib/awal tgl 10 Dzulhijjah). Rangkaian kegiatan wukuf diawali dengan Imam berkhutbah kemudian dilanjutkan dengan shalat dzuhur dan ashar secara qashar dan jama’ taqdim dengan satu adzan dua iqomah.
3.   Setelah itu kita perbanyak dzikir dan do’a sampai matahari tebenam. Menghadap kiblat ketika berdo’a dengan mengangkat kedua tangan dan penuh kekhusyu’an.
4.   Rosulullah bersabda: Ucapan yang paling utama aku ucapkan dan diucapkan oleh Nabi sebelumku pada siang hari Arafah adalah:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ.
Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu baginya, Dialah pemilik kerajaan, dan segala puji bagi-Nya yang menghidupkan dan mematikan Dialah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(HR. At-Tirmidzi).

3. MABIT DI MUZDALIFAH
Waktu
Rincian
Tgl 10 Dzulhijjah
1.   Setelah matahari terbenam tgl. 9 Dzulhijjah bertanda waktu sudah memasuki tgl 10 Djulhijjah[1], jama’ah haji bertolak menuju Muzdalifah untuk mabit/bermalam disana sekaligus mengambil beberapa buah batu untuk melempar jumroh.
2.   Sholat magrib dan Isya dikerjakan di Muzdalifah dengan dijama’ takhir dan qashar, satu kali adzan dua iqomah.
3.    Sesampainya di Muzdaliffah jama’ah mabit/bermalam sampai subuh.
4.   Bagi perempuan dan jama’ah yang lemah diperbolehkan untuk meninggalkan muzdaliffah pada lewat tengah malam menuju Mina.
5.   Ketika melewati wadi muhasir (lembah tempat dibinasakannya pasukan gajah pimpinan Abrahah) disunahkan langkah dipercepat jika memungkinkan.

4. MELEMPAR JUMROH AQOBAH & TAHALLUL
Waktu
Rincian
Tgl 10 Dzulhijjah

Setelah matahari terbit

1.   Setelah matahari terbit jama’ah langsung menuju tempat lempar jumroh Aqobah ,dengan melewati jumroh ula (pertama) dan wusto (pertengahan). Melempar jumroh aqobah sebanyak 7 kali diiringi takbir (اللهُ أَكْبَرُ)  setiap lemparan .
2.   Setelah melempar jumroh aqobah langsung tahallul pertama dengan mencukur rambut dan diperbolehkan melakukan larangan ihram seperti ganti pakaian biasa dll. tapi dilarang melakukan hubungan suami istri.
3.   Bagi jama’ah haji tamattu disunnahkan untuk menyembelih hewan sembelihannya pada hari ini tgl 10 Dzulhijjah. 
4.   Senantiasa sholat 5 waktu berjama’ah dan dikerjakan pada waktunya masing-masing dengan cara diqashar/diringkas (Dzuhur, Ashar, ‘Isya menjadi dua raka’at).
  
5.  THAWAF IFADHOH
Waktu
Rincian Kegiatan
Tgl. 10 Dzulhijjah


1.   Setelah tahallul pertama jama’ah bertolak menuju Masjid al-Harom untuk Thawaf Ifadhoh. Setelah selesai melakukan thawaf ifadhoh diteruskan dengan sa’i kemudian tahallul kedua, dengan demikian diperbolehkan melakukan semua larangan Ihram.
2.    Setelah semua rangkaian ibadah haji tgl 10 Dzulhijjah dikerjakan jama’ah haji kembali ke Mina dan bermalam disana sampai tanggal 12 atau 13 Dzulhijjah.
Catatan:
Kegiatan  haji pada tgl. 10 Djulhijjah: melempar Jumroh aqobah, menyembelih hewan, mencukur rambut, thawaf ifadhah, disunnahkan dilakukan secara berurutan tetapi  dibolehkan didahulukan satu dengan yang lainnya. (Al-fiqh Al-Islami Wa Adilatuhu: III/2175).


6.  BERMALAM DIMINA & MELEMPAR 3 JUMROH
Waktu
Rincian Kegiatan
Tgl 11 Dzulhijjah


1.   Tanggal 11 Dzulhijjah malam, jama’ah bermalam diMina.
2.   Keesokan harinya tgl 11 Dzulhijjah ketika  matahari telah tergelincir pada tengah hari (dzuhur) Jama’ah haji mulai bertolak menuju tempat memelempar jumroh:
a.     Melempar Jumroh ’Ula (pertama) tujuh kali, diiringi takbir ( اَللهُ أَكْبَرُ ) setiap pelemparan. Selesai melempar bergerak kesisi kanan lalu berdo’a yang kita kehendaki menghadap kiblat.
b.    Melempar Jumroh Wustho (pertengahan) tujuh kali, diiringi takbir ( اَللهُ أَكْبَرُ) setiap lemparan. Selesai melempar bergerak kesisi kiri lalu berdo’a  yang kita kehendaki menghadap kiblat.
c.     Melempar Jumroh ’aqobah tujuh kali, diiringi takbir ( اَللهُ أَكْبَرُ ) setiap lemparan. Tidak berdo’a.
1.    Selesai melempar 3 jumroh kembali kepenginapan diMina atau menuju masjil al-Harom untuk melakukan thawaf ifadhoh apabila belum melakukannya pada tgl 10 Dzulhijjah.
7.   BERMALAM DIMINA & MELEMPAR 3 JUMROH
Waktu
Rincian Kegiatan
Tgl 12 Dzulhijjah
1.   Tanggal 12 Dzulhijjah malam, jama’ah bermalam diMina.
2.   Keesokan harinya tgl 12 Dzulhijjah ketika  matahari telah tergelincir pada tengah hari (dzuhur) Jama’ah haji bertolak menuju tempat melempar jumroh:
a.      Melempar Jumroh ’Ula (pertama) tujuh kali, diiringi takbir ( اللهُ أَكْبَرُ ) setiap pelemparan. Selesai melempar bergerak kesisi kanan lalu berdo’a yang kita kehendaki menghadap kiblat.
b.      Melempar Jumroh Wustho (pertengahan) tujuh  kali, diiringi takbir  ( اللهُ أَكْبَرُ ) setiap lemparan. Selesai melempar bergerak kesisi kiri lalu berdo’a  yang kita kehendaki menghadap kiblat.
c.       Melempar Jumroh Aqobah tujuh kali, diiringi takbir ( اللهُ أَكْبَرُ ) setiap lemparan, tanpa do’a.
3.    Selesai melempar 3 jumroh diperbolehkan meninggalkan Mina (QS. Al-baqoroh; 23) selama matahari belum terbenam, ini disebut Nafar Awal,  apabila matahari telah terbenam tetapi belum meninggalkan Mina maka jama’ah harus melanjutkan sampai tanggal 13 Dzulhijjah.   

8. BERMALAM DIMINA & MELEMPAR 3 JUMROH
Waktu
Rincian Kegiatan
Tgl. 13 Dzulhijjah
1.   Tanggal 13 Dzulhijjah malam jama’ah bermalam diMina.
2.   Keesokan harinya tgl 13 Dzulhijjah ketika  matahari telah tergelincir pada tengah hari (dzuhur telah masuk) Jama’ah haji bertolak menuju tempat memelempar jumroh:
a.   Melempar Jumroh ’Ula (pertama) tujuh kali, diiringi takbir ( اللهُ أَكْبَرُ ) setiap pelemparan. Selesai melempar bergerak kesisi kanan lalu berdo’a menghadap kiblat.
b.   Melempar Jumroh Wustho (pertengahan) tujuh  kali, diiringi takbir ( اللهُ أَكْبَرُ ) setiap lemparan. Selesai melempar bergerak kesisi kiri lalu berdo’a  menghadap kiblat.
c.    Melempar Jumroh Aqobah tujuh kali, diiringi takbir ( اللهُ أَكْبَرُ ) setiap lemparan.
4.     Setelah selesai melontar 3 jumroh Jama’ah meninggalkan Mina, ini disebut Nafar Tsani.
9. THAWAF WADA
Waktu
Rincian Kegiatan
Setelah tgl 12 atau 13 Dzulhijjah.
1.     Ketika telah selesai melempar 3 jumroh pada tgl 12 atau 13 dan ingin meninggalkan kota Mekah untuk kembali ke Tanah Air atau ke  Madinah dan berencana untuk tidak kembali lagi ke Mekah, maka jama’ah melakukan thawaf wada tujuh putaran tanpa sa’i. Rosulullah bersabda: ” Manusia diperintahkan (thawaf wada) sebagai masa akhir dengan Baitullah, kecuali wanita haid diperbolehkan untuk tidak thawaf wada”. (HR. Bukhari: 1755).
 [1].Catatan: Penanggagalan dalam kalender Islam dimulai dari waktu magrib.
Catatan:
1.    Imam Hambali berpendapat bahwa waktu wukuf dimulai dari terbit  fajar tgl 9 Dzulhijjah(Hari Arafah) sampai terbit pajar tgl 10 Dzulhijjah (Hari Tasyrik/Hari Raya Idul Adha), tetapi ulama yang lainnya sepakat bahwa waktu wukuf dimulai setelah tergelincir matahari pada tgl. 9 Dzulhijjah/setelah dzuhur  sampai terbit pajar tgl. 10 Dzulhijjah.
2.    Amalan harian yang dilakukan jama’ah ketika diMina tgl 10-13 Dzuhlhijjah selain melempar jumroh yaitu:
a.    Melaksanakan mabit (bermalam)
b.    Shalat berjama’ah di perkemahan
c.     Memperbanyak dzikir, istighfar, membaca al-qur’an
d.    Menjaga kondisi kesehatan dan cukup istirahat
e.    Mempersiapkan diri dengan memilih waktu yang aman untuk melontar jumroh
3.    Melontar jumroh aqobah pada tanggal 10 Dzulhijjah, menurut Imam Syafi’i dan Ahmad bin Hambal, boleh dimulai setelah lewat tengah malam pada malam hari Nahr  (tgl 10 Dzulhijjah) sampai dengan terbenam matahari, tetapi sunnahnya dilakukan setelah matahari terbit.  (al-fiqh al-Islami wa adilatuhu: 3/2169-2174).
{jcomments on}


[1] .Bagi jema'ah yang awal datangnya langsung ke Madinah Miqat Ihramnya (tempat untuk memulai niat ihram) di  Bir Ali dan persiapan ihramnya langsung dilakukan di Bir Ali atau di penginapan Madinah .  Sedangkan bagi jema'ah yang berniat langsung ke Mekah Miqat Ihramnya di pesawat udara saat melintas batas miqat Yalam-lam dan biasanya pihak penerbangan akan memberitahukan setengah jam sebelum melintasi batas miqot. Persiapan Ihramnya seperti mandi dan yang lainnya  sebaiknya dilakukan di tanah air sebelum berangkat. Kementrian Agama RI. Membolehkan para jama’ah haji Indonesia berihramnya di Bandara Jeddah , alasannya bisa dilihat dihalaman 21.
[2] .Sahih Sunanut tirmidzi hadist no.830.
[3]. HR. Ahmad, Abudawud, Titmidzi, Ibnu Hibban (Shahiihul Jaami’ no. 1236)
[4]. HR. At-tirmidzi, Abu Daud, an-Nasya’i dan ibnu Majah.
[5]. Lihat Larangan Ihram dan Denda Pelanggarannya di halaman: 41
[6] . Manasikul hajj wal ‘umroh , Syekh al-Albani: 19-20
[7]. HR. Baihaqi.
[8] . Meneladani Manasik Haji dan Umroh Rasulullah, Mubarak bin Mahfudh: 158.
[9]. Shahih Sunan Abu Dawud (l/526) hadist no. 1883.
[10] . HR. Bukhori no. 1613
[11] . HR. Ibnu Majah no. 2950. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan an-Nasai.
[12] .Meneladani Manasik Haji dan Umroh Rasulullah, Mubarak bin Mahfudh: 182
[13] .HR. Buhkari, Muslim
[14] .HR. al-Bukhari no. 1609
[15]. HR. Abu Dawud, Shahih Sunan Abu Dawud  (l/528, no. 1892) ,Manaasikul Hajj wal ‘Umroh: 22
[16] . al-Wajiiz, hlm. 251, dan kitab Manaasikul hajj wal Umrah: 23.
[17] . HR. Muslim.
[18] . Diriwayatkan  oleh Ahmad dan Ibnu Majah.
[19] . Al-baqoroh: 158.
[20] . Meneladani Manasik Haji dan Umroh Rasulullah, Mubarak bin Mahfudh: 186.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar