Sabtu, 15 September 2012

Dinginnya Muzdalifah di puncak keikhlasan


Bismillahirrohmanirrohiim.
Assalamu'alaikum warrohmatullohi wabarrokatuh sodaraku semua,
Selamat jalan pada semua jamaah haji kloter 1 yang berangkat pada hari selasa 12 oktober 2010. Semoga bisa menjalankan rukun dan kewajiban haji dan mendulang banyak pahala keshalehan, sehingga pulang dengan membawa haji mabrur rohani dan jasmani.

Kali ini memposting tentang Muzdalifa, karena beberapa waktu lalu mendapatkan esemes sahabat dan sodara terbaik. Isinya kurang lebih bengini:

…………. Saya pingin tahu banget tentang kota Muzdalifah. Bertahun-tahun jadi pikiran saya, karena nama yang sandang ini bukan pemberian orang tua (sodara saya ini memiliki nama Muzdalifah). Ketika saya umur 3 tahun, bermimpi diajak jalan-jalan seorang laki-laki berwajah arab di daerah Mekah dan sekitarnya. Begitu bangun dari tidur langsung minta ganti nama Muzdalifah. Setelah berhari-hari barulah orang tua menggantinya dengan nama Muzdalifah ….


Mudzdalifah


Muzdalifah merupakan wilayah dengan panjang sekitar 4 km, tempat mabit atau bermalam sementara bagi calon jamaah haji. Hamparan panjang berpasir yang kiri kanan diberi pagar yang diapit jalan raya Arafah - Muzdalifah - Minna.  Di jalur ini tidak ada penduduk yang tinggal. Tempat tandus ini hanya ramai setahun sekali ketika musim haji, itupun hanya semalam setelah pelaksanaan wukuf di Arafah. 

Setelah waktu maghrib, seluruh jamaah haji dipindah dari Arafah menuju Muzdalifah.  Baginda Rasulullah saw sesampai di Muzdalifah menjalankan shalat Maghrib dan Isya yang di jama. Kenyataannya saat ini, banyak jamaah menjalankan shalat ini menunggu sesampai di Minna. Banyak yang sibuk mencari mencari kerikil, kemudian ngobrol dan tidur. Padahal di tempat ini jamaah diharuskan memperbanyak talbiyah dan doa.


Wajib atas orang yang haji mabit di Muzdalifah hingga tengah malam. Dan jika seorang menyempurnakan mabit sampai shalat shubuh dan banyak dzikir serta istighfar setelah shalat hingga langit ke kuning-kuningan adalah lebih utama.  Apabila  haji tidak melakukan mabit,  maka wajib membayar dam disertai taubat dan mohon ampunan kepada Allah bagi orang yang meninggalkannya dengan sengaja tanpa alasan yang dibenarkan secara syar’i.


Jamaah di tempat ini mengambil kerikil berjumlah 70 untuk melepar jumrah di Jamarat Minna keesokan harinya. Sebenarnya tidak harus mengambil khusus di tempat ini, karena mengambil di Arafah maupun minna juga diperbolehkan. Namun di tempat ini jumlah kerikil telah disediakan dan disebar sangat banyak sehinggal sangat mudah mencarinya.
Di Muzdalifah tidak ada bangunan kecuali toilet dan tempat mengambil wudlu. Jamaah sebaiknya membawa tikar untuk duduk ataupun tidur menunggu waktu pemindahakan ke Minna. 
Selama di Muzdalifah, Maktab tidak memberikan pembagian jatah makanan dan minuman. Bahkan Penjual makanan dan minuman juga tidak ada. Sebaiknya dari Arofah membawa sendiri bekal minum dan makanan ringan, karena di sini suhu di tengah malam sangat dingin sekali.


Setelah lewat tengah malam, jamaah akan diberangkatkan dengan bus menuju mina dan menempati tenda maktab masing-masing sesuai dengan No Maktabnya. Satu Maktab sekitar 3.000 jamaah, harus diangkut dengan bus yang datangnya tiap 15 menit. Untuk mencapai bus, harus melewati pintu besi yang cukup 2 orang. Kondisi ini menyebabkan antrian sangat panjang. Kondisi yang dingin, kelelahan, dan berdesakan tidak jarang memicu emosi diantara jamaah. Di sinilah dibutuhkan sebuah kesabaran dan keikhlasan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar