Bismillahirrohmanirrohiim.
Assalamu'alaikum warrohmatullohi wabarrokatuh sodaraku semua,
Salah seorang teman menceritakan bagaimana beliau menyesal ketika menjalankan ibadah haji tidak maksimal, sehingga ketika pulang ke tanah air kesan yang dirasakan seperti sebuah perjalanan biasa. Ada banyak penyesalan, yang membulatkan tekadnya untuk berangkat lagi pada tahun 1427 H. Alhasil, ada banyak perbedaan antara perjalanan pertama dengan yang kedua.
Pada perjalanan kedua, beliau bertekad menjalankan shalat 5 waktu secara berjamaah terus-menerus. Kebiasaan shaleh di tanah air benar-benar diterapkan di tanah suci. Perbuatan sia-sia dihindarkan jauh-jauh agar tidak timbul penyesalan kedua.
Waktu sangat Mahal
Waktu, merupakan sesuatu yang sangat berharga yang dianugerahkan Allah swt. Begerak maju, dan tidak akan pernah mundur sedetikpun. Waktu juga tidak akan bisa diulang dan akan meninggalkan seseorang yang melalaikannya. Olehkarenanya, ia bisa membawa seseorang menuju ruang kesuksesan dan juga bisa menjerumuskannya pada jurang penyesalan.
Ibadah haji reguler dengan rentang waktu kurang dari 40 hari, merupakan waktu yang sangat istimewa, karena tidak semua orang memperoleh kesempatan menjalankan panggilan Istimewa ini. Ibarat waktu adalah pedang, maka sangat perlu melakukan pengaturan waktu selama di Tanah Suci, agar kita bisa memanfaatkan waktu yang sangat singkat ini dengan mendulang banyak keshalihan.
Langkah awal adalah menetapkan niat yang ikhlas semata mencari ridha Allah . Ketika melakukan niat ihram di miqat, meneguhkan niat untuk menanggalkan semua pakaian duniawi, dengan mengganti pakaian ketaatan. Menanggalkan semua urusan dunia dan ikatan selain Allah.
Amirul Umar bin Al-khaththab berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : "Bahwasanya semua amal perbuatan itu dengan disertai niat-niatnya dan bahwasanya bagi setiap orang itu apa yang telah menjadi niatnya. " (Muttafaq 'alaih - Bukhari dan Muslim).
Dengan niat yang suci semata mencari ridha Allah, maka calon jamaah haji akan menggunakan waktu semaksimal mungkin menjalankan semua rukun dan kewajiban haji dengan meningkatkan semua amalan-amalan keshalehan sebagaimana yang dicontohkan Baginda Rasulullah saw.
Mengatur Jadwal Harian
Pada awal kedatangan di tanah suci, tentunya memerlukan penyesuaian, karena perbedaan waktu, iklim, sosial budaya dan kondisi. Sangat perlu menyusun jadwal dengan baik yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan jamaah.
Beberapa hal yang bisa dipertimbangkan, untuk mendulang pahala di Masjidil Haram Mekah selama menjalankan ibadah harian:
Assalamu'alaikum warrohmatullohi wabarrokatuh sodaraku semua,
Salah seorang teman menceritakan bagaimana beliau menyesal ketika menjalankan ibadah haji tidak maksimal, sehingga ketika pulang ke tanah air kesan yang dirasakan seperti sebuah perjalanan biasa. Ada banyak penyesalan, yang membulatkan tekadnya untuk berangkat lagi pada tahun 1427 H. Alhasil, ada banyak perbedaan antara perjalanan pertama dengan yang kedua.
Pada perjalanan kedua, beliau bertekad menjalankan shalat 5 waktu secara berjamaah terus-menerus. Kebiasaan shaleh di tanah air benar-benar diterapkan di tanah suci. Perbuatan sia-sia dihindarkan jauh-jauh agar tidak timbul penyesalan kedua.
Waktu sangat Mahal
Waktu, merupakan sesuatu yang sangat berharga yang dianugerahkan Allah swt. Begerak maju, dan tidak akan pernah mundur sedetikpun. Waktu juga tidak akan bisa diulang dan akan meninggalkan seseorang yang melalaikannya. Olehkarenanya, ia bisa membawa seseorang menuju ruang kesuksesan dan juga bisa menjerumuskannya pada jurang penyesalan.
Ibadah haji reguler dengan rentang waktu kurang dari 40 hari, merupakan waktu yang sangat istimewa, karena tidak semua orang memperoleh kesempatan menjalankan panggilan Istimewa ini. Ibarat waktu adalah pedang, maka sangat perlu melakukan pengaturan waktu selama di Tanah Suci, agar kita bisa memanfaatkan waktu yang sangat singkat ini dengan mendulang banyak keshalihan.
Langkah awal adalah menetapkan niat yang ikhlas semata mencari ridha Allah . Ketika melakukan niat ihram di miqat, meneguhkan niat untuk menanggalkan semua pakaian duniawi, dengan mengganti pakaian ketaatan. Menanggalkan semua urusan dunia dan ikatan selain Allah.
Amirul Umar bin Al-khaththab berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : "Bahwasanya semua amal perbuatan itu dengan disertai niat-niatnya dan bahwasanya bagi setiap orang itu apa yang telah menjadi niatnya. " (Muttafaq 'alaih - Bukhari dan Muslim).
Dengan niat yang suci semata mencari ridha Allah, maka calon jamaah haji akan menggunakan waktu semaksimal mungkin menjalankan semua rukun dan kewajiban haji dengan meningkatkan semua amalan-amalan keshalehan sebagaimana yang dicontohkan Baginda Rasulullah saw.
Mengatur Jadwal Harian
Pada awal kedatangan di tanah suci, tentunya memerlukan penyesuaian, karena perbedaan waktu, iklim, sosial budaya dan kondisi. Sangat perlu menyusun jadwal dengan baik yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan jamaah.
Beberapa hal yang bisa dipertimbangkan, untuk mendulang pahala di Masjidil Haram Mekah selama menjalankan ibadah harian:
- Mengikuti shalat jamaah 5 waktu tanpa putus
- Menjalankan macam-macam shalat sunnah sebagaimana yang dicontohkan Baginda Rasulullah saw
- Tilawah Al Quran, mentadaburi
- Mengikuti kajian-kajian di dalam Masjidil Haram, biasanya dilaksanakan di lantai 2
- Melakukan thawaf sunnah setiap hari
- Memperbanyak membaca buku-buku islami yang dibagikan secara gratis
- Puasa sunnah
- Memanjatkan doa ditempat-tempat mustajabah
Beberapa kebiasaan yang perlu dihindari agar waktu tidak terbang percuma;
- Hari-hari lebih banyak berada di maktab (pemondokan), jarang berangkat ke Masjidil Haram
- Terlalu banyak ngobrol yang kurang berguna
- Banyak berbelanja, keluar masuk toko dan mall
- Sibuk mencari makanan dan oleh-oleh, padahal barang di sana banyak kita temukan di tanah air
- Ketika di dalam Masjidil Haram sibuk dengan HP, entah SMS, telepon atau entahlah sejenisnya
Gambaran jadwal Harian di Mekkah
Tentunya jadwal ini hanyalah sebuah gambaran, yang bisa disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan setiap individu
Tentunya jadwal ini hanyalah sebuah gambaran, yang bisa disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan setiap individu
- Bangun tidur jam 01.00 SAR (Waktu Mekkah) pagi, mandi, makanan mie atau minum sereal, untuk kebutuhan energi
- Selanjutnya berangkat menuju Masjidil Haram dengan jalan kaki atau naik angkutan umum 1 Riyal.
- Sampai Masjidil Haram langung melakukan thawaf sebagai ganti Tahayitul Masjid. Thawaf rata-rata 30 menit, jika jamaah padat, bisa mencapai satu jam.
- Istirahat sebentar kemudian melaksanakan Qiyamulail Shalat Tahajjud dan Witir. yang dilanjutkan tilawah Qur’an.
- adzan pertama sekitar pukul 04.45 SAR, berarti sekitar 1 jam berikutnya shalat subuh dilaksanakan.
- Pukul 05.45 adzan kedua, kemudian melaksanakan shalat rowatib 2 rokaat. dilanjutkan Shalat subuh sekitar 30 menit, karena panjangnya bacaan surah . Padahal di tanah air, shalat berjamaah paling lama 10 menit.
- Selesai shalat subuh bisa istirahat di dalam lantai dasar Masjidil Haram, Disana banyak jamaah yang tidur untuk menunggu waktu dhuha sekitar jam 8 pagi. Jika kondisi badan sehat bisa melanjutkan tilawah. Setelah melaksanakan shalat Dluha, pulang ke pemondokan.
- Pulang ke pemondokan sambil mencari lauk pauk, atau bisa membeli sarapan sebelah kanan pintu Marwah. Sebungkus nasi Indonesia 1 riyal sudah cukup untuk mengganjal perut.
- Sampai di pemondokan dilanjutkan masak, makan dan mencuci pakaian, kemudian tidur, usahakan tidak melakukan aktivitas kurang bermanfaat seperti ngobrol. Insya Allah dengan tidur jauh lebih bermanfaat.
- Pukul 11.00 persiapan shalat dhuhur, bisa dilakukan di masjid sekitar pemondokan ataupun lebih baik pergi ke Masjidil Haram untuk berjamaah. Apabila di Masjid sekitar maktab, selanjutnya makan siang kemudian istirahat lagi.
- Pukul 14.00 persiapan berangkat menuju Masjidil Haram, untuk melakukan rangkaian ibadah sampai Isya.
- Tiba di Masjidil Haram persiapan shalat Asar. jika kondisi badan sehat bisa melakukan Thawaf sunnah, atau bisa melakukan Tilawah Qur’an.
- Sekitar pukul 17.56 Adzan maghrib. Selesai shalat maghrib dilanjutkan Tilawah Quran, atau dzikir. Sampai tiba waktu shalat Isya
- Selesai shalat 2 rokaat rowatib setelah shalat isya, persiapan pulang menuju pemondokan. Sampai pemondokan sekitar pukul 21.00 SAR
- di pemondokan makan malam, selanjutnya lebih baik langsung istirahat tidur untuk mengembalikan kondisi tubuh agar tetap fit.
- Bangun pukul 01.00 SAR untuk mengulangi rutinitas di atas.
- Apabila hendak melakukan umroh sunnah dari miqot Tan’im, biasanya rombongan berangkat pukul 00.00 SAR. Sedangkan umroh sunnah dari miqot Ji’ronah dan hudaibiah, biasanya rombongan berangkat setelah shalat subuh.
Mengatur Waktu Selama di Madinah
Selama di Madinah, lebih banyak waktu jika dibandingkan dengan selama di Mekkah, karena:
Selama di Madinah, lebih banyak waktu jika dibandingkan dengan selama di Mekkah, karena:
- Selama di Madinah, kebutuhan makan jamaah sudah ditanggung dan disediakan pihak hotel, sehingga kesempatan untuk mendulang pahala di dalam Masjid lebih banyak.
- Oleh karena Masjid Nabawi di buka sampai pukul 22.00 SAR dan dibuka kembali pukul 02.00 SAR, maka jamaah memiliki waktu untuk istirahat cukup banyak di hotel.
- Kebanyakan jamaah di Masjid Nabawi selalu mengikuti jamaah shalat 5 waktu karena mengejar 40 waktu yang dikenal dengan arbain.
Dengan
menjalankan kegiatan-kegiatan di atas secara sungguh-sungguh dan
istiqamah, justru Insya Allah kita akan merasa kekurangan waktu di Tanah
suci. Dengan demikian tidak ada waktu untuk santai, ngobrol,
jalan-jalan, sibuk dengan HP dan sejenisnya.
Jamaah yang memperoleh keberuntungan atau kerugiaan sesungguhnya dapat dinilai dari bagaimana dirinya memanfaatkan waktu yang begitu singkat ini. Orang yang bisa memanfaatkan waktu yang amat singkat dengan memperbanyak kebaikan, memenuhi misi hidupnya yang sangat mulia, mengerti posisi dirinya sebagai abdi Tuhan, dia akan menjadi orang yang beruntung.
Pada Akhirnya, pulang ke tanah air dengan membawa kemabruran, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist berikut:
Jamaah yang memperoleh keberuntungan atau kerugiaan sesungguhnya dapat dinilai dari bagaimana dirinya memanfaatkan waktu yang begitu singkat ini. Orang yang bisa memanfaatkan waktu yang amat singkat dengan memperbanyak kebaikan, memenuhi misi hidupnya yang sangat mulia, mengerti posisi dirinya sebagai abdi Tuhan, dia akan menjadi orang yang beruntung.
Pada Akhirnya, pulang ke tanah air dengan membawa kemabruran, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist berikut:
Abu Hurairah r.a. berkata, "Nabi
ditanya, 'Amal apakah yang lebih utama?' Beliau bersabda, 'Iman kepada
Allah dan Rasul-Nya.' Ditanyakan, 'Kemudian apa?' Beliau bersabda,
'Berjuang di jalan Allah.' Ditanyakan, 'Kemudian apa?' Beliau bersabda,
'Haji yang mabrur.'"
Aisyah Ummul Mukminin r.a. berkata, "Wahai Rasulullah, kami melihat bahwa jihad (berperang) itu seutama-utama amal, apakah kami tidak perlu berjihad?" Nabi saw. bersabda, 'Tidak, bagi kalian jihad yang paling utama adalah haji mabrur."
Aisyah Ummul Mukminin r.a. berkata, "Wahai Rasulullah, kami melihat bahwa jihad (berperang) itu seutama-utama amal, apakah kami tidak perlu berjihad?" Nabi saw. bersabda, 'Tidak, bagi kalian jihad yang paling utama adalah haji mabrur."
Abu Hurairah r.a. berkata, "Saya
mendengar Nabi bersabda, 'Barangsiapa yang haji (ke Baitullah karena
Allah, ia tidak berkata porno dan tidak fasik (melanggar batas-batas
syara'), maka ia pulang seperti hari ketika dilahirkan oleh ibunya.'"
***
"Semoga kita dimudahkan dalam segala urusan di dunia dan akhirat"
Wallahu a`lam bish-shawab,
semoga bermanfaat
wassalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Semoga kita dimudahkan dalam segala urusan di dunia dan akhirat"
Wallahu a`lam bish-shawab,
semoga bermanfaat
wassalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar